Suasana haru menyelimuti Posko Antemortem RS Polri Kramat Jati. Sulaiman, tetangga dekat Pariyem, tiba untuk menunggu proses identifikasi kerabatnya yang menjadi korban kebakaran gedung Terra Drone di Cempaka Putih, Jakarta Pusat.
Pariyem (31), yang akrab disapa Riyem, adalah korban tewas dalam insiden tersebut. Ia dikenal sebagai anak bungsu dari lima bersaudara dan menjadi tulang punggung keluarga setelah ayahnya meninggal dunia. Seluruh kakaknya telah menikah, sehingga Pariyem menjadi satu-satunya penopang ekonomi ibunya yang tinggal di Lampung Barat.
Sulaiman, yang datang mewakili keluarga dari Lampung, menyatakan bahwa pihak keluarga masih menunggu kepastian dari rumah sakit mengenai jadwal pemulangan jenazah. “Hingga sekarang belum ada keterangan kapan jenazah akan dipulangkan,” ujarnya.
Ia menambahkan, keluarga sangat berharap proses pemulangan jenazah dapat segera dilakukan. Sulaiman mengaku terharu saat pertama kali diminta datang, namun merasa lebih kuat berkat kehadiran teman-teman korban yang lain untuk memberikan dukungan.
“Saat diminta datang ke sini, perasaan saya sangat haru,” ucapnya. “Tapi teman-teman almarhum banyak yang mendukung dan ikut hadir, jadi saya merasa tidak sendiri.”
Pariyem diketahui merantau ke Jakarta bersama beberapa temannya, meskipun mereka berasal dari kabupaten yang berbeda di Lampung Barat. Ia telah bekerja di perusahaan tersebut selama kurang lebih tiga hingga empat tahun.
Sulaiman menyampaikan harapan keluarga agar biaya ambulans untuk pemulangan jenazah dapat digratiskan. Ia juga menyebut ada informasi mengenai bantuan pemindahan jenazah dari Pemprov DKI Jakarta, namun kepastiannya masih belum jelas.
“Saya berharap biaya ambulans bisa digratiskan,” ujar Sulaiman. Ia menambahkan, jika ada santunan lain, keluarga akan menerimanya dengan ikhlas.
Keluarga terakhir kali berkomunikasi dengan Pariyem melalui status WhatsApp saat makan siang. Setelah itu, ponselnya tidak dapat dihubungi lagi, diduga karena perangkatnya mati.
Informasi mengenai kondisi Pariyem justru pertama kali didapat dari teman-temannya yang bekerja di perusahaan berbeda. Kabar tersebut kemudian disampaikan kepada kakak-kakak Pariyem di Lampung.
Ibunda Pariyem belum diberitahu secara langsung mengenai kabar duka ini. Pihak keluarga khawatir kondisi sang ibu yang sudah lanjut usia akan menurun. Mereka memutuskan untuk menunggu proses identifikasi selesai terlebih dahulu sebelum menyampaikan kabar sepenuhnya.
Keluarga besar Pariyem kini hanya berharap proses pengembalian jenazah dapat berjalan lancar. Mereka masih menunggu kejelasan dari pihak terkait sambil terus berada di posko antemortem RS Polri.
Proses identifikasi diperkirakan masih membutuhkan waktu, sehingga keluarga dan kerabat tetap bertahan di lokasi. Dukungan dari teman-teman korban menjadi penguat di tengah suasana duka yang mendalam.
Kisah Pariyem sebagai tulang punggung keluarga kini menjadi kenangan yang tak terlupakan bagi orang-orang terdekatnya. Mereka berharap perjuangan dan kebaikan almarhumah mendapat balasan terbaik.
Sumber: Grid.id






