Kepanikan luar biasa menyelimuti kawasan Cempaka Baru, Kemayoran, Jakarta Pusat, pada Selasa (9/12/2025) ketika api melalap Gedung Terra Drone. Di tengah duka puluhan karyawan yang tewas, terselip kisah dramatis seorang staf Human Resources Development (HRD) berinisial SA (20), yang berhasil lolos dari maut namun dihantui trauma mendalam.
Keselamatan SA bagai mukjizat. Ia berhasil keluar dari kepungan api dan asap hitam yang merenggut nyawa rekan-rekannya. Namun, pengalaman mengerikan itu meninggalkan luka batin yang tak terbayangkan.
Dea Anjani (52), ibunda SA, menceritakan momen mencekam saat menerima telepon dari putrinya di tengah kobaran api. Suara gemetar SA mengabarkan bencana di tempat kerjanya.
“Anak saya bilang, ‘Kantor aku meledak, bos aku mati’, gitu katanya. Saya ya lemes dong,” ujar Dea menirukan ucapan putrinya, mengutip Kompas.com, Rabu (10/12/2025).
Jantung Dea seolah berhenti berdetak. Sambungan telepon terputus seketika. Tanpa menunggu lebih lama, Dea segera menuju lokasi kejadian.
Setibanya di sana, ia menemukan putrinya dalam keadaan selamat meski tubuhnya masih gemetar hebat. Air mata haru pecah di antara ibu dan anak itu.
“Anak saya nangis pas ketemu saya. Dia bilang ‘aku selamat ibu, aku selamat’,” tutur Dea.
SA mengisahkan, petaka bermula sekitar pukul 12.00 WIB, tak lama setelah jam makan siang. Suasana kantor di lantai 3 baru saja kembali ramai ketika suara ledakan dahsyat mengguncang gedung dari lantai bawah.
“Iya, tiba-tiba meledak saja. Pas bunyi ‘bum’ gitu, anak saya langsung sigap dia ke bawah. Alhamdulillah bisa selamat,” jelas Dea.
Insting bertahan hidup SA membawanya bergerak cepat menuruni tangga, menyelamatkan diri dari kobaran api. Ia menjadi satu-satunya karyawan dari divisinya yang berhasil keluar hidup-hidup.
Kisah pilu berlanjut setelah SA berhasil keluar. Di tengah kepanikan, ponselnya berdering. Panggilan itu datang dari rekan kerja yang masih terjebak di lantai atas, tak bisa turun karena api semakin membesar.
“Dia syok sekali. Terus temannya tadi nelepon pas dia udah di bawah, temannya masih di atas,” cerita Dea.
“Kata temennya, ‘Gue sudah enggak kuat, tolongin gue, tolong gue,’ gitu kata anak saya,” lanjut Dea, menggambarkan keputusasaan rekannya.
Beban mental SA, sebagai staf HRD, semakin bertambah. Ia harus menjalankan tugas profesional mendata korban selamat dan meninggal dunia di tengah trauma mendalam.
“Apalagi dia lihat data-data gitu kan. Melihat teman satu per satu sudah tidak ada,” pungkas Dea.
Gedung Terra Drone yang terbakar merupakan kantor PT Terra Drone Indonesia, perusahaan teknologi drone terkemuka yang beroperasi di 25 negara. Kebakaran ini merenggut 22 korban jiwa, terdiri dari 15 wanita dan 7 pria, yang seluruhnya telah dievakuasi ke RS Polri Kramat Jati.
Sumber: Grid.id






