Dedi Mulyadi: Perusakan Lingkungan di Jabar Termasuk Perampasan Aset Negara
Tingginya kasus bencana alam di Jawa Barat belakangan ini mendorong Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, untuk menyuarakan pandangannya. Ia mengkategorikan aksi perusakan lingkungan sebagai bentuk perampasan aset negara, menyebutnya sebagai kejahatan luar biasa.
Pernyataan ini disampaikan Dedi Mulyadi dalam momentum peringatan Hari Anti Korupsi Sedunia 2025. Ia mengamati peningkatan signifikan jumlah bencana alam di wilayahnya, yang setelah ditelusuri, ternyata berkaitan erat dengan eksploitasi alam oleh oknum yang tidak bertanggung jawab.
“Banyaknya bencana alam yang terjadi di Jawa Barat adalah akibat kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh ulah manusia,” ujar Dedi Mulyadi. Ia menegaskan bahwa tindakan tersebut dapat dikategorikan sebagai upaya mengambil atau merusak aset negara.
Lebih lanjut, Dedi Mulyadi mengaitkan praktik perusakan lingkungan ini dengan korupsi yang berdampak pada lingkungan. Kerugian yang ditimbulkan, menurutnya, tidak bisa dianggap remeh, mulai dari memicu banjir, tanah longsor, hingga penderitaan bagi masyarakat.
Ia memberikan contoh bentuk pelanggaran yang menurutnya termasuk kategori perampasan aset negara. Di antaranya adalah aktivitas illegal logging, pengambilan tanah di daerah aliran sungai (DAS), pemanfaatan tanah di sempadan sungai, hingga pengalihan fungsi rawa milik negara untuk kepentingan komersial.
“Membabat pohon melalui illegal logging, mengambil tanah di daerah aliran sungai (DAS), menggunakan tanah sempadan sungai. Hingga mengalihfungsikan rawa milik negara untuk kepentingan komersial, itu milik negara,” beber Dedi Mulyadi.
Untuk mencegah terulangnya kejadian serupa, Dedi Mulyadi menekankan perlunya penertiban seluruh bangunan liar yang berdiri di kawasan sempadan sungai. Langkah normalisasi alur sungai juga perlu segera dilakukan.
Proses ini akan dilanjutkan dengan revitalisasi tanaman di area tersebut. Dedi Mulyadi berharap penanaman pohon, seperti pohon kelapa yang akarnya kokoh, dapat meminimalkan angka bencana alam di Jawa Barat.
“Sempadan sungai setelah dinormalisasi nanti kita tanami pohon kelapa. Karena akarnya serabut, kokoh, dan terbukti efektif bisa menahan tanah,” tandas Dedi Mulyadi.
Sumber: Grid.id