Gelaran solidaritas kemanusiaan bertajuk Konser Amal 100 Musisi Heal Sumatra yang diinisiasi Dokter Tompi, Kadri Mohamad, Irma Hutabarat, dan Iluni UI sukses menggalang dana bagi korban bencana banjir bandang dan tanah longsor di Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan Aceh. Acara yang berlangsung di T Space, Minggu (7/12/2025) malam, turut dihadiri sejumlah figur publik papan atas.
Ivan Gunawan, Habib Ja’far, hingga Deddy Corbuzier tidak hanya menghibur, tetapi juga berbagi pandangan mendalam mengenai esensi berbagi di tengah musibah. Ivan Gunawan mengungkapkan kekagumannya atas respons cepat rekan-rekan artis yang hadir tanpa pamrih.
“Lo datang, artis juga sampai 100 orang yang dihubungi sama Tompi, beberapa saat foto datang semua. Itu karena Allah ya, Bib. Jadi enggak ada yang serba kebetulan ya,” ujar Ivan Gunawan.
Sindiran Birokrasi dan Kepekaan Sosial
Suasana panggung sempat diwarnai gelak tawa bercampur sindiran tajam ketika Deddy Corbuzier dan Habib Ja’far membahas birokrasi dan kepekaan sosial. Deddy memancing pembicaraan mengenai bulan bencana, yang kemudian disambut Habib Ja’far dengan analogi tumbler yang viral.
“Cuman ada orang kehilangan tumbler satu, itu langsung satu orang dipecat. Tumbler harganya berapa ribu ini panik banget. Gak cuman tumbler hilang satu aja, satu orang dipecat. Ini masa ratusan orang hilang nyawanya gak ada yang dipecat,” kata Habib Ja’far.
Mendengar sentilan keras tersebut, Ivan Gunawan tampak terkejut. Ia menilai candaan itu mengingatkan pada gaya kritik sosial pelawak zaman dahulu yang cerdas namun menohok.
“Gila. Dari tadi aku ngeliat Habib, aku kira Habib nih kenapa keringetan banget. Ternyata kata-kata itu yang mau keluar ya, Bib, ya. Ya Allah. Bener-bener. Bercandanya bercanda kayak pelawak zaman dulu ya, Bib, ya, ada sindir-sindirannya,” ucap Ivan Gunawan merespons.
Ukhuwah Wathaniyah dan Etika Berdonasi
Diskusi beralih menjadi lebih spiritual mengenai cara menyikapi ujian bencana. Habib Ja’far menekankan konsep Ukhuwah Wathaniyah atau persaudaraan kebangsaan sebagai landasan solidaritas.
Ia mengingatkan bahwa cara terbaik mendekatkan diri kepada Tuhan dan menolak bala adalah dengan memperbanyak sedekah, sebuah amalan yang sangat dirindukan oleh mereka yang telah tiada.
“Bahkan di dalam Al-Qur’an dikatakan seandainya lo udah mati misalnya, lu minta dihidupkan lagi walaupun satu detik, yang lu pengin bukan haji, bukan berangkat umrah, bukan zakat, bukan puasa, bukan salat, tapi akan bersedekah kepada orang-orang yang membutuhkan,” jelas Habib Ja’far.
Habib Ja’far juga menyoroti pentingnya bantuan yang tepat sasaran dan berkelanjutan. Ia meminta masyarakat untuk berhenti saling menyalahkan atau sekadar memberikan kutipan bijak tanpa aksi nyata.
“Yang paling dibutuhkan sekarang itu tidak saling menyalahkan, tidak saling nuduh, tidak bicara nasihat-nasihat, tidak ngasih quote-quote atau apa pun. Yang dibutuhkan sekarang itu adalah bantuan logistik karena sekarang kita berada di masa-masa itu, masa-masa kelaparan, masa-masa kehausan, masa-masa sakit, kurang air dan lain sebagainya. Karena itu mari sekarang kita fokus untuk kemudian memenuhi kebutuhan-kebutuhan logistik dasar,” tambah Habib Jafar.
Deddy Corbuzier mengungkapkan telah memberikan donasi sebesar Rp 300 juta melalui platform penggalangan dana. Ia menegaskan sumbangan tersebut murni untuk kemanusiaan tanpa bermaksud pamer.
“Tapi, sebenarnya kalau itu kan sebenarnya saya nyumbang juga enggak mau ada orang tahu juga. Kan sebenarnya itu cuman dari Ferry-nya aja yang ngasih. Tapi kalau buat gue, yang bisa gua lakukan paling utama adalah itu. Apa lagi? Yang bisa dilakukan selain itu apa?” ungkap Deddy Corbuzier.
Habib Ja’far memberikan pandangan bijak terkait etika berdonasi dan pencitraan. Ia mengingatkan bahwa di tengah situasi darurat seperti ini, membangun citra di atas penderitaan korban adalah tindakan tidak etis.
“Bayangin ya, kalau kata Al-Qur’an ‘La tubthilu shodaqotikum bil manni wal adza’. Jangan kamu hancurkan donasi kamu kepada orang-orang yang membutuhkan dengan kamu membesarkan citra dirimu dan merendahkan orang yang menerimanya. Salah satunya kalau bisa ketika nyumbang itu seperti kata Om Ded tadi, sembunyi-sembunyi agar kita gak jadi pencitraan. Itu udah nyumbang,” pesan Habib Ja’far.
Sumber: Detik.com
