Komentar-komentar semacam ini mewakili kekhawatiran publik terhadap tren pencarian keuntungan materi di media sosial, yang terkadang dinilai melampaui batas norma.
Batas Etika dalam Dunia Digital
Fenomena siaran langsung seperti yang dilakukan oleh Yanti menggambarkan bagaimana interaksi di dunia maya, terutama melalui platform seperti TikTok, bisa berkembang menjadi ajang kontestasi yang kontroversial.
Banyak pengguna TikTok, khususnya para TKW seperti Yanti, memanfaatkan siaran langsung untuk berinteraksi dengan penggemar sekaligus mendapatkan hadiah berupa gift virtual yang bisa ditukarkan dengan uang.
Namun, ketika aksi tersebut dinilai berlebihan, muncul pertanyaan tentang batas-batas etika dalam dunia digital.
Kontroversi terkait aksi Yanti ini juga membuka diskusi lebih luas mengenai bagaimana platform media sosial dimanfaatkan untuk mencari keuntungan, terutama bagi pengguna dengan jumlah pengikut yang besar.
Di satu sisi, ada potensi penghasilan yang signifikan, namun di sisi lain, tindakan demi mengejar popularitas dan materi bisa berisiko menurunkan citra dan martabat seseorang.
Ini menjadi pelajaran bagi pengguna media sosial lainnya tentang pentingnya menjaga batas-batas yang wajar dalam berinteraksi di dunia maya.
Fenomena Live Streaming yang Semakin Marak
Siaran langsung di TikTok dan platform serupa kini menjadi fenomena yang semakin berkembang, terutama di kalangan anak muda dan pekerja migran yang tinggal di luar negeri seperti Yanti.
Aktivitas ini tidak hanya menjadi hiburan, tetapi juga menjadi salah satu sumber penghasilan tambahan.
Namun, dampak negatifnya mulai terlihat ketika pengguna seperti Yanti menjadi sorotan karena aksi yang dianggap tidak pantas.
Fenomena ini juga menunjukkan betapa besarnya pengaruh dunia digital dalam kehidupan sehari-hari. Siaran langsung yang awalnya hanya dimaksudkan untuk berkomunikasi dengan penggemar, kini menjadi ajang bagi sebagian pengguna untuk mencari keuntungan materi.