Ia mengajak kita untuk tidak terjebak dalam kesedihan ketika memikirkan kematian, melainkan untuk merayakan cinta yang telah kita bagi selama hidup.
Rumi percaya bahwa cinta adalah kekuatan yang menghubungkan kita dengan yang abadi, dan kematian hanyalah tahap selanjutnya dalam perjalanan spiritual kita.
Kematian sebagai Transformasi
Dalam pandangan Rumi, kematian bukan hanya sekadar perpisahan, tetapi juga transformasi. Ia menggambarkan bahwa setelah kematian, jiwa kita akan kembali kepada sumbernya, yaitu Allah.
Oleh karena itu, kematian seharusnya dilihat sebagai sebuah perjalanan, bukan akhir dari segalanya.
Rumi mengajak kita untuk menyingkirkan ketakutan akan kematian dan menggantinya dengan rasa rindu untuk bertemu dengan Sang Pencipta.
Menghargai Setiap Detik
Pesan Rumi dan Gus Baha mengajak kita untuk menghargai setiap detik kehidupan. Dengan memahami bahwa kematian adalah bagian tak terpisahkan dari siklus kehidupan, kita bisa hidup lebih bermakna dan penuh cinta.
Rumi mendorong kita untuk meninggalkan warisan cinta yang dapat diingat oleh orang-orang yang kita cintai.
Kesimpulan
Jalaluddin Rumi, melalui karya dan ajarannya, memberikan pandangan yang menyegarkan tentang kematian.
Dalam hidupnya, ia merayakan kematian sebagai jembatan menuju keabadian dan kebahagiaan bersama Allah.
Dengan semangat positif, Rumi dan Gus Baha mengajak kita untuk melihat kematian sebagai momen yang penuh makna, bukan sumber kesedihan.
Dalam pandangan mereka, setiap akhir adalah awal dari sebuah perjalanan baru, dan cinta akan selalu menjadi pemandu kita dalam perjalanan itu.(*)