Menurutnya, orang awam umumnya memahami bencana sebagai dua hal: azab atau ujian. Gus Baha menjelaskan, “Azab adalah hukuman dari Allah untuk umat-Nya akibat dosa-dosa yang telah dilakukan.”
Namun, ia juga menekankan bahwa gempa bisa dipahami sebagai ujian untuk mengukur keimanan seseorang.
Ujian ini, katanya, bertujuan untuk meningkatkan kualitas iman agar semakin dekat kepada Allah.
Memahami Azab dan Ujian
Saat bencana menimpa suatu daerah, sering muncul anggapan bahwa hal itu adalah azab bagi penduduk yang dianggap telah berbuat dosa.
Gus Baha mengingatkan, “Jangan cepat berasumsi tanpa memahami hikmah di balik bencana tersebut.”
Ia mengajak masyarakat untuk tidak menilai musibah sebagai azab, karena hal itu merupakan urusan Allah.
Ia mengingatkan pentingnya bersikap bijaksana, “Kamu tidak perlu berlagak suci dengan mengucapkan kata-kata bima kafartum (karena keingkaranmu) itu adalah urusan Tuhan,” ujarnya menegaskan bahwa penilaian seperti itu hanya menambah kebingungan.
Sunnatullah dan Musibah
Gus Baha menekankan bahwa bencana adalah sunnatullah, sebuah hukum alam yang bisa menimpa siapa saja. “Ada banjir yang dzalim dan ada yang sholeh, semua terkena dampaknya. Begitu juga gempa, semua terimbas tanpa pandang bulu,” kata Gus Baha.