WOW, Napi di Lapas Perempuan Kelas II A Semarang Menjadi Model, Kostumnya dari Bahan Daur Ulang!

(Foto Jateng Pos)

“Penyuluhan bisa membuat orang bosan jika dilakukan berulang-ulang. Kami mencoba sesuatu yang berbeda dengan menghadirkan seni, baik model maupun nyanyi dangdut,” ungkap Havid.

Mengembangkan Potensi Kreativitas Narapidana

David, salah satu juri dalam kompetisi ini, mengakui bahwa banyak narapidana yang memiliki kreativitas tinggi.

Ia menilai acara seperti ini penting untuk memberikan mereka ruang mengekspresikan bakat dan kemampuan seni di sela-sela menjalani masa hukuman.

“Mereka butuh wadah untuk mengembangkan kreativitas. Dengan adanya acara seperti ini, kita bisa melihat mereka memiliki potensi besar dalam bidang seni, dan ini juga bisa menjadi sarana pencegahan agar setelah bebas mereka bisa berkarya melalui jalur seni,” tambahnya.

Antusiasme yang Tinggi

Meskipun acara ini baru pertama kali diselenggarakan, antusiasme warga binaan sangat tinggi. Hal ini membuktikan bahwa kegiatan semacam ini dapat menjadi alternatif yang lebih aktif dan kreatif dibandingkan dengan penyuluhan yang biasanya lebih bersifat pasif.

Selain itu, kegiatan ini juga memberikan kesempatan kepada warga binaan untuk merasakan suasana baru yang berbeda dari rutinitas harian mereka di dalam lapas.

Acara peragaan busana dan kompetisi bernyanyi dangdut di Lapas Perempuan Kelas II A Semarang ini tidak hanya menjadi hiburan bagi warga binaan, tetapi juga sarana untuk menumbuhkan kreativitas dan ekspresi seni.

Dengan memanfaatkan bahan-bahan daur ulang, para narapidana menunjukkan bahwa keterbatasan fisik di balik tembok penjara tidak menjadi penghalang untuk terus berkarya.

Kegiatan ini juga memberikan pesan positif bahwa setiap orang memiliki potensi untuk bertransformasi dan menciptakan sesuatu yang berharga dari apa yang dianggap tak berguna.(*)