Hal ini menjadikannya sebagai sosok yang digemari oleh berbagai lapisan masyarakat, termasuk mereka yang biasanya tidak terlalu tertarik pada kajian agama.
Bahkan, kelompok masyarakat yang sering kali dianggap “pinggiran” atau marjinal, seperti kaum jalanan dan eks-kriminal, turut merasakan manfaat dari dakwahnya.
Dengan pendekatan yang tidak menggurui, Gus Iqdam mampu merangkul mereka, memberikan pesan-pesan keagamaan yang lembut dan penuh empati.
Banyak dari jamaahnya yang awalnya tidak memiliki latar belakang pendidikan agama, namun berkat pengajaran Gus Iqdam, mereka mulai tertarik untuk lebih memahami Islam.
Dekengan Pusat dan Komunitas Garangan
Pengajian Gus Iqdam sering kali dikenal dengan istilah “Dekengan Pusat,” di mana ia menyapa jamaah dengan gaya yang akrab dan penuh kehangatan. Komunitas pengikutnya pun dikenal dengan sebutan “Garangan” atau ST Nyell.
Bahkan, dalam beberapa kesempatan, Gus Iqdam mengadakan sesi talk show selama pengajian, di mana jamaah bisa berinteraksi langsung dengannya, sekaligus mendapatkan hadiah berupa uang atau barang berharga lainnya.
Majelis Ta’lim Sabilu Taubah, yang didirikannya, menjadi salah satu contoh sukses dakwah inklusif. Banyak jamaahnya berasal dari kalangan non-santri, bahkan dari komunitas non-muslim, yang merasa nyaman dan diterima di dalamnya.
Sosok Panutan bagi Generasi Muda
Gus Iqdam berhasil menjadikan dakwah sebagai wadah yang inklusif dan menyenangkan. Melalui gaya ceramah yang luwes dan penuh canda, ia berhasil menarik perhatian generasi muda, yang mungkin sebelumnya merasa jauh dari kehidupan beragama.
Ia adalah simbol bagaimana dakwah bisa dilakukan tanpa harus mengintimidasi atau memaksa, melainkan dengan kelembutan, humor, dan rasa hormat terhadap semua orang.