Apa Itu Santri? Pengertian, Peran, dan Sejarah Santri di Indonesia

santri

Hari Santri, yang diperingati pada tanggal 22 Oktober setiap tahun, adalah momen penting dalam kalender nasional Indonesia. Hari ini bukan hanya sekadar peringatan, tetapi juga merupakan penghormatan terhadap peran santri dalam sejarah bangsa. Lalu, apa itu santri, dan mengapa mereka begitu penting dalam budaya dan sejarah Indonesia?

Baca juga:Menyambut Hari Santri Nasional 2023: Ikrar Santri dan Pelaksanaan Apel

Santri: Definisi dan Peran

Secara sederhana, santri adalah sebutan untuk siswa atau murid yang mempelajari ilmu agama Islam di pondok pesantren. Namun, definisi ini tidak sepenuhnya mencakup makna dan peran yang dimainkan oleh santri dalam masyarakat.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), santri adalah orang yang mendalami agama Islam atau orang yang beribadah dengan sungguh-sungguh. Artinya, seorang santri tidak hanya mempelajari teori agama, tetapi juga mengamalkan nilai-nilai agama Islam dalam kehidupan sehari-hari.

Baca juga:Video Musik ‘Kalah’ oleh Fadil Jaidi, Dibintangi Nitavior, Trending 3 di YouTube

Dalam buku “Diplomasi Santri” karya Arifi Saiman, santri digambarkan sebagai sosok agamis yang kesehariannya memakai sarung, peci, dan bertempat tinggal di pesantren atau tempat menimba ilmu agama Islam. Mereka dikenal dengan istilah “kaum sarungan,” yang merujuk pada kaum agamis tradisionalis yang hidup dekat dengan masjid, pesantren, dan kitab kuning.

Peran Santri dalam Sejarah Indonesia

Santri telah memainkan peran penting dalam sejarah Indonesia, terutama dalam perjuangan melawan penjajah. Mereka tidak hanya belajar agama, tetapi juga turut serta dalam memperjuangkan kemerdekaan tanah air.

Baca juga: Ghea Indrawari, Bintang Indonesian Idol, Raih Gelar Sarjana Pendidikan: Dari Panggung ke Kampus

Salah satu peristiwa yang mencerminkan keberanian dan semangat perjuangan para santri adalah pertempuran Kota Surabaya pada tahun 1945. Mereka terlibat dalam medan perang dan berjuang melawan penjajah untuk memerdekakan Indonesia.

Semangat perjuangan para santri tidak terlepas dari pengaruh resolusi jihad K.H. Hasyim Asy’ari dengan fatwanya, “Hubbul wathan minal iman” (cinta tanah air sebagian dari iman). Resolusi jihad tersebut, yang dikeluarkan pada tanggal 22 Oktober 1945, menjadi tonggak penting dalam sejarah kaum santri.

Resolusi jihad ini juga menjadi awal dari peringatan Hari Santri Nasional yang diperingati setiap tahun pada tanggal 22 Oktober. Hal yang paling penting untuk diingat adalah komitmen kaum santri terhadap nasionalisme dan kebangsaan, yang terus mereka junjung tinggi hingga saat ini.

Baca juga:Pamela Bowie Ternyata Suka Nyindir Orang Pakai Bahasa Jawa

Asal Usul Kata “Santri”

Kata “santri” memiliki asal-usul yang menarik. Sebagian ahli bahasa mengaitkannya dengan bahasa Sanskerta, yaitu “shastri,” yang berarti orang yang mempelajari kitab-kitab suci agama Hindu. Hal ini merujuk pada masa lalu Indonesia ketika bahasa Sanskerta digunakan sebelum Islam masuk ke wilayah ini.

Dalam perkembangannya, “shastri” diadaptasi menjadi kata “santri” yang digunakan untuk menyebut mereka yang mempelajari kitab suci Islam. Ini mencerminkan warisan sejarah yang kaya di Indonesia, di mana budaya Hindu dan Buddha juga pernah mendominasi sebelum Islam.

Menurut Nurcholish Madjid, kata “santri” juga dapat diartikan sebagai kosakata dari bahasa Jawa, yaitu “cantrik.” “Cantrik” merujuk pada orang atau murid yang selalu mengikuti gurunya. Dalam konteks ini, santri adalah orang yang tekun dalam belajar dan mengikuti ajaran agamanya.

Baca juga:Kembali Bersama di Tengah Gemuruh: Indra Bekti dan Aldila, Cerita Cinta yang Terangkai Kembali

K.H. Ahmad Muwafiq atau Gus Muwafiq juga menjelaskan bahwa “santri” adalah kosakata dari bahasa Nusantara, bukan bahasa Arab. Bahasa Arab memiliki kata “tilmidzun” atau “muridun” yang berarti orang yang belajar. Oleh karena itu, istilah “santri” tidak dapat diterjemahkan seperti kalimat-kalimat bahasa Arab dalam ilmu nahwu-shorof.

Kesimpulannya, santri adalah sosok yang mendalami agama Islam dengan sungguh-sungguh dan menjalani kehidupan sehari-hari sesuai dengan ajaran agama. Mereka memiliki peran penting dalam sejarah Indonesia, terutama dalam perjuangan melawan penjajah, dan komitmen mereka terhadap nasionalisme tetap kuat hingga saat ini. Istilah “santri” memiliki akar budaya yang dalam dan mencerminkan sejarah yang kaya di Indonesia.