Tren Menyayat Lengan di Kalangan Pelajar di Situbondo, Jawa Timur

ilustrasi menyayat tangan

Tren Menyayat Lengan di Kalangan Pelajar

Sejumlah pelajar, khususnya siswa Sekolah Dasar (SD) di Situbondo, Jawa Timur, telah terlibat dalam tren yang mengkhawatirkan, yaitu aksi menyayat lengan mereka sendiri. Tindakan ini diduga dipengaruhi oleh tren yang menyebar di media sosial TikTok. Para siswa SD, yang mayoritas berusia sekitar 10 hingga 12 tahun, melakukan tindakan ini dengan menggores atau menyayat lengannya sendiri menggunakan alat kesehatan berbentuk stik yang biasanya digunakan untuk mengecek kadar gula darah. Mereka mengakui membeli alat ini dari seorang pedagang keliling yang berjualan di sekitar sekolah mereka.

Reaksi dan Tindakan dari Pihak Sekolah dan Pemerintah

Penemuan ini pertama kali terungkap ketika seorang siswa kelas V SD di Situbondo ditemukan dengan lengan yang penuh luka goresan. Guru sekolah tersebut melaporkan kejadian ini kepada kepala sekolah untuk segera mengambil tindakan terkait fenomena tersebut. Pihak sekolah kemudian melakukan pemeriksaan terhadap seluruh siswa dan berkoordinasi dengan jajaran sekolah lainnya untuk menangani masalah ini. Fenomena ini juga dilaporkan kepada Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Situbondo. Upaya dilakukan untuk menelusuri apakah fenomena ini juga terjadi di sekolah lainnya dan menghentikan sementara akses pedagang keliling yang menjual alat tersebut di sekitar sekolah.

Pengawasan dan Peran Semua Pihak

Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Situbondo akan bekerja sama dengan para koordinator wilayah tingkat Sekolah Dasar (SD) dan Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) untuk menangani masalah ini di tingkat SMP. Mereka juga akan melibatkan orang tua siswa melalui komite yang ada di masing-masing sekolah. Tren ini mengundang kekhawatiran karena dapat memiliki dampak negatif pada kesehatan mental anak-anak. Psikolog dan praktisi perlindungan perempuan dan anak di Jawa Timur, Riza Wahyuni, menyoroti masalah ini dan mengungkapkan bahwa anak-anak bisa menjadi rentan terhadap masalah kesehatan mental, terutama saat mereka merasa putus asa atau bersalah. Ini dapat berkaitan dengan berbagai faktor seperti bullying, kekerasan, atau masalah dalam lingkungan keluarga.

Dampak Tren Live di TikTok

Riza Wahyuni juga menyoroti bahwa tren ini sebenarnya sudah berlangsung dalam beberapa bulan terakhir, namun menjadi lebih terkenal sejak dilakukan secara live di TikTok. Anak-anak mendapat tantangan untuk menyayat lengan mereka, dan semakin banyak goresan yang mereka lakukan, semakin banyak hadiah yang mereka terima. Ini menciptakan masalah serius terkait kesehatan mental anak-anak, dan penting bagi semua pihak, termasuk orang tua, untuk memahami dan mengawasi bagaimana anak-anak menggunakan media sosial serta untuk mendeteksi tanda-tanda masalah mental yang mungkin mereka alami sejak dini.