Penemuan ini pertama kali terungkap ketika seorang siswa kelas V SD di Situbondo ditemukan dengan lengan yang penuh luka goresan. Guru sekolah tersebut melaporkan kejadian ini kepada kepala sekolah untuk segera mengambil tindakan terkait fenomena tersebut. Pihak sekolah kemudian melakukan pemeriksaan terhadap seluruh siswa dan berkoordinasi dengan jajaran sekolah lainnya untuk menangani masalah ini. Fenomena ini juga dilaporkan kepada Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Situbondo. Upaya dilakukan untuk menelusuri apakah fenomena ini juga terjadi di sekolah lainnya dan menghentikan sementara akses pedagang keliling yang menjual alat tersebut di sekitar sekolah.
Pengawasan dan Peran Semua Pihak
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Situbondo akan bekerja sama dengan para koordinator wilayah tingkat Sekolah Dasar (SD) dan Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) untuk menangani masalah ini di tingkat SMP. Mereka juga akan melibatkan orang tua siswa melalui komite yang ada di masing-masing sekolah. Tren ini mengundang kekhawatiran karena dapat memiliki dampak negatif pada kesehatan mental anak-anak. Psikolog dan praktisi perlindungan perempuan dan anak di Jawa Timur, Riza Wahyuni, menyoroti masalah ini dan mengungkapkan bahwa anak-anak bisa menjadi rentan terhadap masalah kesehatan mental, terutama saat mereka merasa putus asa atau bersalah. Ini dapat berkaitan dengan berbagai faktor seperti bullying, kekerasan, atau masalah dalam lingkungan keluarga.